Dinas Kesehatan Kabupaten Berau melalui Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) mengumpulkan berbagai instansi terkait pada Kamis pagi (20/07/2023) dalam Seminar Kesehatan “Peran Kepala Sekolah dan Guru dalam Mencegah Stunting Melalui Program Aksi Bergizi” di Ruang RPJPD Lt. 2 Bapelitbang Berau. Kegiatan ini bertujuan untuk Meningkatkan literasi warga sekolah tentang pentingnya Aksi Bergizi. Meliputi Tablet Tambah Darah, Olahraga/aktivitas fisik, dan konsumsi gizi seimbang (Aksi Bergizi), Adanya Komitmen dari sekolah untuk menjadwalkan sarapan bersama, dan minum Tablet Tambah Darah, bersama di sekolah setiap minggu bagi remaja Putri. Terlaksananya Intervensi Spesifik Pemberian Tamblet Tambah Darah (TTD) pada Remaja Putri sebagai intervensi Spesifik Stunting.
Cegah Stunting Melalui Program Aksi Bergizi
Pencegahan stunting terus digelorakan oleh pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan keluarga yang sejahtera.
Salah satunya dengan dilaksanakannya Seminar Peran Penting Kepala Sekolah dan Guru Dalam Mencegah Stunting Melalui Program Aksi Bergizi.
Seminar ini dibuka Staf Ahli Bidang Pembangunan dan Ekonomi Setda Berau, Sujadi, pada Kamis (20/07/23) diruang RPJPD Bapelitbang.
Menurut Sujadi, seminar kesehatan ini dalam rangka edukasi kepada kepala sekolah dan guru sebagai pendamping anak di sekolah.
Tentu kita harapkan mereka dapat turut berkontribusi. Utamanya dalam memcegah terjadinya kasus stunting dan penyakit lain, yang berkaitan kelebihan atau kekurangan gizi, ujarnya.
Dijelaskannya, Program Aksi Bergizi (PAB) ini
terlaksana melalui tiga intervensi utama. Yaitu sarapan dan minum, edukasi gizi yang bersifat multisektor, serta komunikasi untuk perubahan perilaku yang relevan dan komprehensif.
Progam inilah yang akan diintegrasikan melalui TRIAS UKS seperti pendidikan, kesehatan dan pelayanan serta pembinaan lingkungan sehat.
Pada saat ini Indonesia sedang menghadapi empat masalah Kesehatan Gizi yaitu stunting, wasting, underweight, dan overweight. Percepatan penurunan stunting pada Balita adalah program prioritas Pemerintah sebagaimana termaktub dalam RPJMN 2020-2024. Target nasional pada tahun 2024, prevalensi stunting turun hingga 14%.
Berdasarkan data SSGI tahun 2021 Prevalenasi Balita Stunted secara nasional adalah 24,4%, Kalimantan Timur sebesar 22.8% sedangkan Kabupaten Berau sebesar 25,7% lebih tinggi dari nasional dan Provinsi kaltim. Remaja Putri yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) secara Nasional adalah 31.3%, Kalimantan Timur 4%, sedangkan Berau 0% (Balikpapan 6.6%, Kutai Kertanegara 5.4%, Kota Bontang 4%, Kutai Barat 3.4%, PPU 1.6%, Kutai Timur 1.4%, dan Kota Samarinda 1.3%). Capaian Konsumsi TTD Rematri Kab. Berau tahun 2022 adalah 6.6 % dari target 58% tahun 2024.
Kesehatan dan status gizi para remaja harus dipersiapkan sejak dini, sehingga prediksi Indonesia mendapatkan bonus demografi pada 2030 mendatang dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif dan berdaya saing. Salah satu masalah kesehatan yang menjadi fokus pemerintah adalah penanggulangan anemia pada remaja puteri. Remaja yang sehat merupakan investasi masa depan bangsa. Generasi muda memiliki peranan penting untuk melanjutkan estafet pembangunan dan perkembangan bangsa Kesehatan dan status gizi para remaja harus dipersiapkan sejak dini.
Fase remaja merupakan fase dimana pertumbuhan fisik berjalan sangat pesat dan perkembangan hormonal yang makin matang, sehingga pemenuhan zat-zat gizi menjadi hal yang sangat mutlak Kekurangan zat gizi pada saat remaja akan berdampak hingga dewasa. Kegiatan AksiBergizi dilaksanakan dengan tiga intervensi utama, yaitu (1) Sampan dan Minum TTD bersama di sekolah/madrasah setiap minggu; (2) Edukasi gizi yang bersifat multi-sektor dengan tujuan mempromosikan asupan makan yang sehat dan aktivitas fisik, serta (3) Komunikasi untuk perubahan perilaku yang relevan dan komprehensif. Implementasi program AksiBergizi tentunya diintegrasikan dengan TRIAS UKS, yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat.
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita, remaja, ibu hamil sampai usia lanjut. Berdasarkan Riskesdas 2013, anak usia 5-14 tahun menderita anemia 26,4% dan usia 15-24 tahun sebesar 18,4%. Hal ini berarti sekitar 1 dari 5 anak remaja di Indonesia menderita anemia.
Anemia pada remaja putri (rematri) akan berdampak pada kesehatan dan prestasi di sekolah dan nantinya akan berisiko anemia saat menjadi ibu hamil yang dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin yang tidak optimal serta berpotensi menyebabkan komplikasi kehamilan dan persalinan serta kematian ibu dan anak.
Program suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri di mulai sejak tahun 2014 dan saat ini menjadi salah satu intervensi spesifik dalam upaya penurunan stunting sebagaimana tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 yaitu Persentasi Remaja Putri yang mendapat Tablet Tambah Darah tahun 2024 adalah 58%
Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 %, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik. Suplementasi TTD pada Rematri merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memenuhi asupan zat besi untuk mencegah anemia yang dapat menyebabkan menurunnnya daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi, menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangnya oksigen ke sel otot dan sel otak, menurunnya prestasi belajar.
Dalam jangka panjang jika rematri tersebut menjadi ibu hamil maka akan menjadi ibu hamil yang anemia juga, yang akan meningkatkan risiko persalinan, kematian ibu dan bayi, serta infeksi penyakit. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat dapat mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh. Pemberian TTD dilakukan pada remaja putri mulai dari usia 12-18 tahun di institusi Pendidikan (SMP dan SMA atau yang sederajat) melalui UKS/M.
Dosis pencegahan dengan memberikan satu tablet tambah darah setiap minggu selama 52 (lima puluh dua) minggu. TTD program diberikan secara gratis kepada sasaran melalui sekolah, Puskesmas/Pustu atau secara mandiri Rematri dapat membeli TTD ke apotek, dan toko obat dengan memperhatikan kandungan zat besi dan asam folat sesuai TTD program komposisinya (60 mg elemental besi dan 400 mcg asam folat).
Agar konsumsi TTD dapat lebih efektif untuk mencegah anemia harus disertai dengan penerapan asupan makanan bergizi seimbang, cukup protein dan kaya zat besi, konsumsi buah-buahan sumber vitamin C (jeruk, pepaya, mangga, jambu biji, dll) untuk meningkatkan penyerapan TTD lebih efektif (Isi Piringku). Minum TTD dengan air putih Jangan minum TTD dengan teh, kopi atau susu karena akan menghambat penyerapan zat besi Guru merupakan pembimbing anak agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas- tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif.
Guru mampu untuk mencerdaskan dan memajukan pembangunan bangsa. Peran Guru sangat penting dalam keberhasilan konsumsi TTD Rematri. Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan konsusmsi TTD pada remaja putri di sekolah.
Sehingga diharapkan peran aktif kepala sekolah dan guru, agar turut menyukseskan terselenggaranya progam nasional ini.