Dinas Kesehatan Kabupaten Berau melalui Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) mengumpulkan instansi terkait Tim Percepatan Penurunan Stunting pada Senin siang (18/09/2023) dalam Kegiatan “Workshop Intervensi Spesifik Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Berau” di Ruang Sangalaki Gedung Pemkab Berau. Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta mampu mendukung melaksanakan pencegahan dalam pelaksanaan Optimalisasi 11 ( sebelas ) Program intervensi spesifik Percepatan Penurunan Stunting dalam penanganan balita stunting.
Prevalensi stunting di kabupaten Berau berdasarkan SSGI 2022 masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yaitu pada angka 21,6%. Penyebab stunting multifaktorial dan berkaitan dengan asupan gizi yang kurang atau kebutuhan gizi yang meningkat. Stunting memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang yang irreversible. Belum optimalnya dukungan pada Intervensi gizi spesifik pada percepatan penurunan stunting.
Wakil Bupati Membuka Workshop Intervensi Spesifik Percepatan Penurunan Stunting
Pemerintah Kabupaten Berau melalui Dinas Kesehatan melaksanakan kegiatan Workshop Pencatatan dan Pelaporan Intervensi dan Hasil Percepatan Penurunan Stunting di Ruang Sangalaki, Kantor Bupati Berau, Senin (18/9/2023).
Pada sambutannya, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Berau, Suhartini menyampaikan kegiatan workshop ini merupakan tindak lanjut dari aksi integrasi intervensi penurunan stunting di Kabupaten Berau.
Seperti diketahui Kabupaten Berau merupakan salah satu kabupaten/kota yang angka prevalensi stuntingnya masih tinggi.
“Oleh karena itu perlu dilakukan aksi percepatan dalam penanganan dan penurunan angka stunting tersebut,” ucap Suhartini.
Wakil Bupati Gamalis mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Beau telah menargetkan prevalensi stunting akan turun menjadi 13,80 persen pada 2024 mendatang, yang tentunya memerlukan dukungan dan kerja keras berbagai perangkat terkait, tidak hanya di tingkat Kabupaten, tetapi juga sampai pada tingkat Kecamatan, Kelurahan dan Kampung.
Di samping itu, upaya-upaya intervensi pencegahan juga harus terus dilakukan secara berkelanjutan, seperti melaksanakan program Nasional Aksi Bergizi, Pemberian Tablet Tambah Darah dan sebagainya.
“Kita juga harus memastikan seluruh program ini menjangkau kelompok sasaran yaitu remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan anak balita.” Ujar Gamalis.
Gamalis berharap workshop ini dapat menjadi ajang untuk berdiskusi mengenai solusi dan langkah nyata pencegahan dan penurunan stunting, khususnya intervensi spesifik yang dapat dilakukan. Untuk selanjutnya kita sosialisasikan kepada masyarakat luas, sehingga kasus stunting dapat diminimalisir melalui tindakan terpadu sedini mungkin.
Dalam kegiatan ini materi dipaparkan langsung oleh bapak Dakhlan Choeron SKM, MKM dari Kementrian Kesehatan RI dan dihadiri oleh peserta dari OPD lain, Perusahaan dan instansi terkait tim pencegahan dan penangananan stunting kabupaten berau.
Berikut rangkuman hasil dari paparan materi yang disampaikan, Pencegahan stunting jauh lebih efektif dibandingkan pengobatan stunting. Balita stunting adalah balita Balita dengan status gizi yang berdasarkan grafik pertumbuhan PB /U atau TB/U memiliki nilai z- skor < -2 SD. Kekurangan Gizi tidak saja membuat stunting tetapi juga menghambat kecerdasan, memicu penyakit, dan menurunkan produktivitas. Ada 11 intervensi spesifik stunting difokuskan pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6-23 bulan :
1. Skrining Anemia
Melakukan pemeriksaan Hb pada remaja putri kelas 7 dan 10. Bagi yang di diagnosa anemia dirujuk dan diobati di faskes
2. Konsumsi TTD remaja putri
Remaja putri kelas 7-12 konsumsi TTD setiap minggu. Membagikan TTD saat kegiatan sekolah agar konsumsi dapat dilakukan di tempat dan diawasi oleh guru. Pemantauan konsumsi TTD secara digital
3. Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
Ibu hamil melakukan pemeriksaan ANC 6x, minimal 2x dengan dokter dan USG. Melengkapi seluruh Puskesmas dengan USG. Pelatihan USG akan diberikan kepada Puskesmas yang menerima USG.
4. Konsumsi TTD Ibu hamil
Ibu hamil konsumsi TTD setiap hari, minimal 90 TTD selama kehamilan. Pemantauan konsumsi TTD secara digital.
5. PMT Ibu Hamil KEK
Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil KEK berupa protein hewani (telur, ikan, daging, susu) setiap hari.
6. Pemantauan Tumbuh Kembang
Deteksi dini balita dengan pemantauan tumbuh kembang di Posyandu Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan setiap bulan oleh kader
7. ASI Eksklusif
ASI Eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia minimal 6 bulan, dimulai dengan dengan inisiasi menyusui dini (IMD). Edukasi ASI Eksklusif saat :
• Kunjungan ANC
• Kelas Ibu hamil
• Posyandu
• Kunjungan Pasca Salin
• Pelayanan KB
• Kelas Keluarga Balita
• Layanan konseling telemedisin
8. Pemberian MPASI kaya protein hewani pada baduta
Pemberian MPASI kaya protein hewani pada baduta. Pelatihan konselor PMBA (Pemberian Makanan Bayi dan Anak) untuk tenaga kesehatan dan kader
9. Tatalaksana balita dengan masalah gizi
• Merujuk balita dengan BB Tidak Naik (T) & masalah gizi dari Posyandu ke Puskesmas untuk pemeriksaan lanjutan
✓ Memberikan makanan tambahan untuk BB Tidak Naik (T) & gizi kurang
✓ Memberikan formula 75 dan formula 100 untuk gizi buruk
• Merujuk balita stunting & masalah gizi yang tidak dapat ditangani di Puskesmas ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjut dengan dokter spesialis anak
✓ Mengatasi penyakit penyerta
✓ Memberikan PKMK dengan rekomendasi dokter SpA
• Melatih tenaga kesehatan untuk menangani masalah gizi
10. Peningkatan cakupan & perluasan jenis imunisasi
• Penambahan 3 jenis vaksin pada program imunisasi rutin, dari 11 menjadi 14 jenis vaksin, yaitu: PCV (mencegah pneumonia), Rotavirus (mencegah diare), dan HPV (mencegah kanker serviks). Pneumonia dan diare merupakan penyebab infeksi berulang/berkepanjangan pada balita yang dapat menggangu pertumbuhan.
• Pemanfaatan sistem informasi vaksinasi COVID-19 sebagai sistem informasi seluruh jenis vaksinasi.
✓ Pengunaan Citizen Health Application (sebagai pengembangan dari
PeduliLindungi) untuk mengejar cakupan imunisasi oleh daerah dan pusat
• Memperbanyak Posyandu aktif untuk meningkatkan layanan imunisasi.
11. Edukasi remaja, ibu hamil, dan keluarga termasuk pemicuan bebas Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Kampanye dan gerakan Cegah stunting.