Dinas Kesehatan Kabupaten Berau melalui Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) mengumpulkan instansi terkait Pemantauan Tumbuh Kembang Balita & Anak pada hari Kamis (09/11/2023) dalam Kegiatan “PERTEMUAN WORKSHOP PEMANTAUAAN TUMBUH KEMBANG BALITA & ANAK PRA SEKOLAH (APRAS) BAGI PETUGAS KESEHATAN DAN GURU PAUD DI KABUPATEN BERAU TAHUN 2023” di Ballroom Hotel Palmy, Tanjung Redeb Berau. Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta diharapkan kepada guru PAUD mampu dalam memberikan pelayanan tumbuh kembang pada balita & anak pra sekolah (APRAS) & paham terhadap alur pengisian laporan pemantauan tumbuh kembang pada Balita (APRAS) sesuai tupoksi baik guru PAUD maupun Tenaga Kesehatan.
Pada sambutannya, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Berau, Suhartini menyampaikan kegiatan workshop ini diharapan dapat menyatukan pemahaman antara nakes dan guru PAUD/TK/RA sehingga terjalin kolabrasi pencatatan yang baik dalam pemantauan tumbuh kembang Balita & Anak yang akhirnya dapat membantu program pemerintah dalam penurunan stunting di Kabupaten Berau.
Seperti diketahui Kabupaten Berau merupakan salah satu kabupaten/kota yang angka prevalensi stuntingnya masih tinggi.
“Oleh karena itu perlu dilakukan aksi percepatan dalam penanganan dan penurunan angka stunting tersebut,” ucap Suhartini.
Pertemuan Workshop kali ini dihadiri oleh 21 Orang Pemegang Program Anak, 21 Orang Guru PAUD/TK, 1 orang dari Dinas Pendidikan, dan 1 orang dari Himpaudi.
Pembangunan di bidang kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional yang diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut semua segi kehidupan, baik fisik, mental maupun sosial. Dalam perkembangan pembangunan kesehatan selama ini telah terjadi perubahan orientasi, baik dalam tata nilai maupun pemikiran terutama mengenai upaya pemecahan masalah di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan haruslah dilakukan secara komprehensif atau terpadu dan berkesinambungan guna mencapai hasil yang optimal. Pembangunan kesehatan itu meliputi peningkatan kesehatan atau promotif, pencegahan penyakit atau preventif, penyembuhan penyakit atau kuratif dan pemulihan kesehatan atau rehabilitatif.
Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya. Salah satu upaya untuk mendapatkan anak yang sehat tumbuh kembangnya adalah dengan melakukan upaya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak atau yang dikenal dengan nama Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Stimulasi ini dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengganti orang tua(pengasuh), anggota keluarga lain, atau jika si anak telah masuk PAUD maka menjadi tanggung jawab lembaga untuk membantu pendeteksiannya. Deteksi adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah. Intervensi adalah suatu tindakan tertentu pada anak yang mempunyai perkembangan dan kemampuan menyimpang karena tidak sesuai dengan umurnya. Penyimpangan perkembangan biasanya terjadi pada salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik si anak dari waktu ke waktu. Dilihat dari tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala. Perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh si anak. Meliputi sensorik, motorik, kognitif, komunikasi/berbahasa,emosi sosial serta kemandirian.
Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya tentu akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh Tenaga Kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, yaitu : Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, Deteksi dini penyimpangan perkembangan, Deteksi dini penyimpangan mental emosional.
Jumlah Balita tahun 2022 di Kabupaten Berau adalah 21.604 Balita, yang mendapatkan pelayanan Kesehatan sesuai standar hanya 9.335 balita, dan yang dilakukan SDIDTK sejumlah 17.241 balita atau 80% dari jumlah sasaran. Pada tahun 2023 jumlah sasaran balita adalah 22.892 balita, sampai dengan bulan September tahun 2023 sejumlah 19.097 balita, atau 83% balita telah dilakukan SDIDTK.
Oleh karena itu Workshop pemantauan tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah juga memiliki peran besar dalam upaya pencapaian target yang telah ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Berau, sehingga capaian pelayanan kesehatan balita sesuai dengan harapan.
Beberapa poin yang menjadi kesimpulan dan hasil dari pertemuan ini ialah;
- Puskesmas wajib melaksanakan SDIDTKA yaitu pemantauaan perkembangan minimal 2 kali pertahun dan Pengukuran Pertumbuhan minimal 8 kali pertahun.
- Puskesmas mampu melakukan Pencatatan dan Pelaporan menggunakan Ekohort Balita
- Capaian SDIDTKA tahun 2023 minimal 75% ditiap Puskesmas
- Lembaga PAUD/TK Wajib menggunakan buku KIA dalam pemantauan tumbuh kembang bagi anak didik.
- Lembaga PAUD/TK wajib menggunakan alat terstandar
- Puskesmas Wajib memberikan feedback Pemantauan Pertumbuhan & Perkembangan setiap 6 bulan
- Lembaga PAUD/TK wajib mengirimkan laporan Pemantauan Pertumbuhan & Perkembangan ke Puskesmas paling lambat tanggal 25 tiap bulan.
- Pentingnya Peran Guru PAUD dalam Pemantauan Perkembangan Anak
- Guru PAUD mengetahui Hak Anak di sekolah
- Sosialisasi hasil pertemuan workshop PEmantauan Tumbuh Kembang Balita & APRAS bagi Petugas Kesehatan dan Guru PAUD di Kabupaten Berau sebanyak 30% tahun 2023, 70% di tahun 2024.