dinkes.puri@gmail.com 01234567890

Menakar Komitmen Daerah dalam Eliminasi HIV dan TBC: Dinkes Berau Belajar ke Dinkes Kaltim

  • Muhammad Taufik
  • Disukai 0
  • Dibaca 365 Kali

Samarinda, 24 Juni 2025 — Upaya pemerintah dalam mencapai eliminasi HIV dan TBC pada tahun 2030 mendapat angin segar dari langkah progresif Dinas Kesehatan Kabupaten Berau. Melalui program kaji tiru dan studi lapangan, rombongan dari Berau menyambangi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) untuk menggali praktik terbaik pengelolaan Program Pengendalian HIV dan TBC (P2-HIV dan P2-TBC), Selasa (24/6).

Kegiatan yang berlangsung di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, Samarinda, ini disambut hangat oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Provinsi Kaltim, Setyo Budi Basuki, SKM., M.Kes. Dalam sambutannya, Setyo menyampaikan apresiasi atas inisiatif dari jajaran Kabupaten Berau.

“Saya sangat senang karena biasanya hanya bertemu rekan-rekan dari kabupaten/kota dalam forum formal. Hari ini saya bisa bertatap muka langsung dengan garda terdepan pelayanan program HIV dan TBC,” ujarnya.

Setyo menegaskan bahwa kedua program ini tidak hanya menjadi fokus nasional karena target eliminasi 2030, tetapi juga karena masuk dalam indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan. Artinya, keberhasilan program ini menjadi tolok ukur mutlak yang harus dipenuhi daerah—tidak boleh kurang dari 100%.

Program P2-HIV dan P2-TBC memang menjadi tantangan tersendiri bagi banyak daerah, terutama yang memiliki wilayah luas dan sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini pula yang mendorong Dinkes Berau untuk belajar dari daerah dengan karakteristik serupa.


Sebagai lanjutan kegiatan, rombongan akan melakukan kunjungan lapangan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara dan Puskesmas Rapak Mahang. Kedua lokasi ini dipilih karena dinilai memiliki kesamaan geografis dan demografis dengan Berau, mulai dari medan pelayanan yang kompleks, distribusi masyarakat yang terpencar, hingga tantangan sosial-budaya yang turut memengaruhi efektivitas intervensi kesehatan.

Langkah ini merupakan bentuk nyata kolaborasi antardaerah dalam memperkuat sistem kesehatan lokal. Lebih dari sekadar transfer pengetahuan, kegiatan semacam ini mencerminkan keseriusan daerah dalam menjawab target nasional melalui adaptasi strategi yang berbasis kondisi nyata di lapangan.

Dengan pendekatan seperti ini, bukan tidak mungkin target eliminasi HIV dan TBC 2030 bisa dicapai, bukan hanya sebagai angka di atas kertas, tetapi sebagai perubahan nyata dalam derajat kesehatan masyarakat Indonesia.